Thursday, December 22, 2011

Internet dan Etika

Categories:

Saya dan mungkin Anda, pembaca yang budiman, adalah orang Indonesia. Manusia Indonesia yang sudah merdeka sejak 1945. Manusia dari negeri timur yang penuh dengan sopan santun dan tata krama. Agamis dan berbudaya luhur. Namun, apa sih merdeka itu bagi kita? Bebas berpendapat dan mengungkapkan pikiran? Atau yang seperti apa?

Mungkin kita sudah merdeka, tak ada lagi pengekangan dalam hidup sebagaimana zaman penjajahan oleh Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang (wah, banyak juga yang pernah menjajah kita ya...). Kebebasan kita dijamin Undang-Undang. Entah itu berpendapat, mengeluarkan fikiran, atau membentuk komunitas. Tapi semenjak internet populer di negeri ini, tampaknya orang-orang menjadi sangat 'percaya diri' untuk mengatakan sesuatu. Entah itu nasehat yang bijak atau bahkan sumpah serapah.

Di dunia nyata, apalagi di bumi pertiwi Indonesia ini, sopan santun dalam bersosial sudah jelas. Bagaimana menyatakan permintaan bantuan, tanda penyesalan, etika berbicara, dan penghormatan pada yang lebih tua. Semua sudah jelas. Ketika Anda menunjuk muka seseorang dan kemudian memaki, "Anjing...!!!" reaksnya pun sudah bisa ditebak. Lantas, berhubung ada di dunia maya lalu kita bebas untuk ber-fakyu-fakyu pada lawan bicara kita?

Facebook, Twitter, Plurk, dan lain sebagainya memang bagian dari dunia maya. Sehingga kita sering lupa bahwa pemilik akun, orang yang kita sapa itu benar-benar ada. Benar-benar nyata. Mereka membaca status atau tweet Anda karena mereka peduli. Kalau mereka tidak peduli mereka tidak akan membaca status atau tweet Anda. Uhmm... Kalau gak salah, dalam psikologi ada istilah yang namanya autosuggestion. Yaitu yang membuat orang menyerap informasi dari apa yang dia baca meskipun hal tersebut tidak menarik baginya.

Jujur, saya sangat heran dengan orang-orang yang dengan begitu pede-nya mengeluarkan caci-maki di status/twitter-nya. Ada yang bilang, "Bang**t lu, beraninya main belakang..!" Lah, bukannya dengan memaki di Facebook justru tanda dia hanya bisa main belakang? Ada juga yang bilang, "Ini status-status guwe, ya suka-suka guwe donk! Kalo situ gak suka ya gak usah baca..." Jiah, kita tidak hidup di hutan atau laut dalam. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat beradab, kata-kata kita menjadi penilaian tentang diri kita sendiri. Kecuali kita adalah monyet yang tak tahu adab. Tapi saya yakin Anda, pembaca yang budiman, termasuk manusia bijak lagi santun.

Tahukah Anda apa yang membatasi kebebasan kita? Ya, kebebasan orang lain. Kebebasan seseorang membatasi kebebasan orang lain. Jadi gak ada ceritanya kebebasan absolut. Contohnya begini, jika si A nyetel musik kuenceng-nya bukan main di tengah malam kemudian jika ada ibu-ibu protes, maka hal tersebut adalah lumrah. Kalau seandainya si A tadi malah menjawab:

"Yaelah Ibu. Ini player-player saya. Mau saya puter kenceng-kenceng, atau bahkan saya injek-injek, ya urusan saya. Kalau ibu gak suka ya gak usah didengerin"

Kira-kira asbak bakal melayang ke muka orang itu, tidak?

Kita hidup di tengah masyarakat yang beragam. Kalau kita ingin dihargai kebebasan kita, ya kita harus menghargai kebebasan orang lain. Termasuk kebebasan untuk menikmati kata-kata santun. Kalau Anda ingin memaki-maki, ya maki-makilah di tempat yang orang lain tidak tahu. Jangan di tempat umum macam Facebook, Twitter, Plurk, dan sebagainya. Kalau ada ibu, istri/suami, saudara Anda dalam friends list Anda, dan kemudian Anda memaki, bukankah itu sama saja Anda memaki disamping ibu, suami/istri, saudara Anda sendiri?

Bagi saya, caci maki membuat orang yang mengucapkannya tampak menjijikan dan tak berpendidikan. Kepalanya hanya dipenuhi kata-kata kotor. Saya kira kata-kata kotor tidak akan keluar dari mulut (dalam hal ini mungkin 'ketikan') dari seorang yang berfikiran bersih. Setidaknya, kalau gak nahan untuk memaki, ya memakilah di tempat yang orang lain tidak akan mendengar/membacanya. Biar Anda dan Tuhan saja yang tahu. Dan juga, memaki tidak akan pernah menyelesaikan masalah Anda. Justru akan menunjukkan Anda itu lemah, tidak bisa menyelesaikkan masalah Anda dan Anda hanya bisa memaki.

Yang tak habis fikir, ada juga orang yang memaki-maki tentang pacar atau bahkan suami sendiri. "Cuih... Cowok apaan, tuh? Munafik... Guwe gak cocok sama dia, cuih... cuih..." Secara tak sadar kita bisa mengumbar aib kawan atau suami sendiri, kan?

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
[Q:S Al-Hujurat:12]

"... Siapa yg menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aib di dunia dan kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya... "
[Al-hadits]

Yang debes, kita sering melihat status-status yang penuh dengan 'kemesraan'...

"Yaang.. Kangen nih... Ketemuan yuuk..."
"Iya, beib... Aku juga kangen kamu..."
"My love... ntar aku telpon kamu yaa..."
"Makasih yayangku, udah nganterin aku jalan-jalan... Love you so much... Muah... muah..."

Hais.... Kalau sesekali sih masih bisa saya terima. Tapi kalau tiap waktu ber-uh-oh.. ah... ah... ah... yeah... yeah... ouh... (apa, sih..?!!) Hadeeeh... -__-"

Kita mungkin sudah sering mendengar tentang orang-orang yang terjebak masalah karena kurang mampu mengontrol kata-katanya. Masih ingat tentunya dengan kasus Twitter Luna Maya, kan? So, mari kia jaga kata-kata kita. Jadilah manusia santun, santun dalam berlaku, santun dalam bertutur kata...

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau – kalau tidak dapat berkata yang baik, hendaklah ia berdiam diri saja."
[Al-Hadits]

“Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya.”
[Al-Hadits]

If you get a problem, FACE it! Don't Facebook it!

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

No Response to "Internet dan Etika"

Post a Comment

I'll be glad if you leave a comment below. But, please don't spam my blog. Any comments containing spams, porn matters, harassment, and insulting words will be deleted from Luka Angin.