Bagi pengguna komputer langsung saja baca di blog saya, klik:
http://www.yugoananda.com/2010/04/ramadan-in-usa.html
Jumat, 30 Sya'ban 1430 atau yang bertepatan 22 Agustus 2009, dengan sedikit rasa curious, dan juga cemas. Kenapa? Masalah uang. Lho? Soalnya, saat Ramadan tiba otomatis aku hanya bisa makan setelah Maghrib hingga Shubuh. Saat itu, jadwal Shalat Maghrib pukul 7:52 pm MST dan Shubuh pukul 4:58 am MST. Dan Washakie Center (Dining Hall of UW), buka pukul 7:00 am MST dan tutup pukul 7:00 pm MST (bukan akhir minggu). Ini artinya aku tidak bisa memanfaatkan Dining Hall. Padahal stipend-ku tak mungkin mencukupi untuk makan selama Ramadhan, karena memang jatah makan dan akomodasi sudah aku terima mateng, bukan dalam uang. Jadi stipend-ku memang tak banyak, hanya sekedar untuk keperluan-kepeluan yang tak ter-cover seperti uang laundry, deterjen, pulsa hape, dan yang semacamnya. Hal ini membuatku sedikit pusing.
Alhasil, terbesit sebuah ide,
"Ya sudah, bawa aja lunch box ke Dining Hall. Masukkin dah tuh makanan ke lunch box. Kan bisa buat buka dan sahur. Hmmm..."
Aku laksanakan ide ini selama sebulan. Dan untungnya pula Laramie Islamic Center menyediakan buka bersama secara cuma-cuma sebulan penuh. Makanannya bukan sekedar makan ringan untuk pembuka puasa. Tapi juga makan berat. Menunya pun berubah-ubah. Terkadang masakan khas Libya, Arab Saudi, Mesir, ataupun India. Mantaplah pokoknya. Hal ini membuatku tak perlu repot-repot bawa banyak makanan dari Dining Hall, cukup untuk sahur saja.
"Wah walaupun Muslimnya tak banyak, tapi fasilitasnya mantap. Kalau di ITT, MSU hanya menyediakan makan ringan seperti gorengan dan kolak. Sekedar pembuka. Tapi disini? Wow, mantap..."
Hari-hari Pertama
1 Ramadhan jatuh beberapa hari sebelum kuliah Fall Semester 2009 dimulai. Berhubung belum ada aktifitas yang berarti, puasa pertamaku lumayan lancar-lancar saja. Namun tetap saja ada sedikit hindrance dalam menjalankannya. Terutama masalah roommate. Aku sering merasa tak enak bangun sebelum fajar menyingsing. Karena saat itu aku belum memilik lampu belajar, jadi tiap kali aku bangun aku harus menyalakan lampu kamar. Dan sepertinya roommate-ku tak suka dengan sinar lampu saat dia tidur. Bagi dia bangun sebelum jam 4:00 am adalah hal yang aneh. Mungkin bagi dia "kurang kerjaan". You know lah, Americans kan bangunnya pada siang-siang. Belum lagi alarm hape dan suara-suara berisik lainnya yang aku timbulkan saat aku mempersiapkan santap sahur. Aku pernah mendengarnya mengeluh di pagi buta saat aku bersiap-siap untuk sahur.
"Jesus...!!!", keluhnya sambil melihat jam di hapenya. Dengan secepat kilat dia menarik selimutnya yang tebal untuk menutup semua badannya termasuk kepala dan telinganya. Badannya pun ia balikkan sehingga memunggungiku. Dia mengadap ke arah dinding untuk menghindari sinar lampu.
Tentu saja, melihat kejadian ini aku menjadi sangat tak nyaman. Aku merasa tak enak menganggu tidurnya. Belum lagi bila tiba-tiba orang tuaku menelepon saat aku bersahur. Akhirnya aku minta orang tuaku untuk tidak meneleponku di pagi hari.
Aku memang sudah berbicara dengan roommate-ku tentang aktifitas bulan Ramadhan yang bakal aku lakukan. Termasuk bangun pagi. Kata dia sih oke-oke saja. Tapi secara teknis, aku sering merasa tak enak. Dan aku mulai menyadari rintangan-rintangan di bulan Ramadhan mulai menyerang.
Mungkin bisa dibilang, Ramadan di tahun 2009 adalah Ramadan terberatku. Mungkin kalau berbicara masalah berat ringannya, tergantung iman seseorang. Dan mungkin saja imanku memang tak tebal. Di Indonesia, Muslimin adalah kaum mayoritas. Suasana Ramadhan sangat mendukung, dan banyak teman yang saling mengingatkan dan menjaga. Jadi Ramadhan di Indonesia terasa lebih mudah. Yah, mungkin memang iman saya tak seberapa tebalnya...
Jujur saja, kali ini aku mulai merasakan tidak enaknya tinggal di USA. Bulan pertama memang bagaikan Honey Moon. Semua tampak baru, pengen nyoba. Tapi bulan-bulan berikutnya, Aku merasakan hidupku seperti tak punya arah. Aku sering bertanya pada diriku sendiri,
"What am I doing in USA? For what purpose am I here?"
OK, mungkin biar keep on track aku bakal cerita soal "depresi"ku di USA di postingan yang lain. Konsen ke Ramadannya dulu saja.
Berhubung Fall Semester dimulai, praktis, kampus yang aku sering kunjungi ini berubah menjadi ramai. Kampus dipenuhi mahasiswa. Pokoknya kayak yang di tivi-tivi lah. Aku mulai mencoba bersosialisasi dengan Americans dan international students.
Aku berusaha untuk istiqomah dalam menjalankan ibadah puasa di tengah-tengah masyarakat majemuk. Aku sering menolak ajakan teman-teman karena aku takut menganggu ibadah puasaku. Contohnya, mereka sering mengadakan kegiatan di malam hari (karena siangnya kuliah), tapi kan malam hari waktuku untuk Shalat Tarawih. Jadi aku tolak. Mereka sih pengertian-pengertian aja. Tapi makin banyak yang aku tolak, rasanya aku jadi tak punya teman. Aku seperti menyisihkan hidupku sendiri dari komunitas. Dan ini rasanya sangat-sangat tidak enak. Seperti siksaan halus. Sangat bertentangan dengan sifat asliku di Indonesia, yang selalu kumpul-kumpul bareng teman, ya walaupun terkadang menyendiri untuk menenangkan hati.
Dan aku merasa seperti berjuang sendiri di tengah-tengah bulan Ramadan. Aku hanya berjumpa dengan Muslim yang lain saat shalat tarawih. Aku melakukan ini dan itu sendirian, belum lagi godaan-godaan yang lain ikut menyerang. Sampai-sampai hati kecilku bersuara
"Kapan Idul Fitri datang....?"
Mungkin ini adalah kata-kata yang tak sepatutnya diucapkan. Sebagai Muslim yang baik, Ramadhan menjadi berkah bagi dirinya. Tak ayal jika banyak Muslim dengan senang hati menyambut Ramadhan dan bersedih hati ketika Ramadhan akan pergi meninggalkan mereka. Seperti mereka ingin berlama-lama dengan Ramadhan.
Tapi aku tidak, aku seperti menginginkan Idul Fitri segera tiba. Astaghfirullah, semoga Allah mengampuni hamba-Nya yang lemah ini. Aku berusaha menguatkan diriku sendiri,
"Ayo, Go! Kamu pasti kuat! Pasti kuat! Allah bersama hamba-Nya yang sabar"
Karena sempat terpikirkan agar Idul Fitri segera tiba, aku "menghukum" diriku sendiri dengan menuntut diriku untuk menunaikan ibadah Shalat Tarawih satu bulan penuh dan khatam Al Qur'an.
Aku menunaikan Shalat Tarawih di Laramie Islamic Center. Jaraknya sekitar 8 blok dari asramaku. Mungkin sekitar 1 kilometer. Saat itu, Fall telah tiba. Dan di Wyoming, Fall dan Winter seperti tidak ada bedanya. Aku sempat berpikir tak mungkin turun salju saat Fall. Tapi kenyataannya memang salju sering turun saat Fall, bahkan Spring!
Pukul 7:00 pm MST dengan niat yang sungguh-sungguh, kukayuh sepedaku dari asrama menuju Islamic Center untuk berbuka puasa, shalat Maghrib, shalat Isya, dan shalat Tarawih. Sekalipun angin yang dingin menggigit tulang menderu-deru, tetap kukayuh sepedaku. Ini bukan lebay, tapi emang bener-bener dingin. Belum lagi angin Wyoming yang kencengnya nau'dzubillah.
Fall but feels like Winter
Shalat tarawih biasanya selesai sekitar pukul 11:00 pm MST. Angin bertambah dingin, tapi aku harus pulang. Besoknya ada kuliah, dan tentu saja aku harus sahur supaya ada tenaga. Karena siangnya lebih lama daripada malam. Tak kusangka, Wyoming di malam hari bisa begitu dingin. Itu masih Fall, belum Winter. Langitnya pun kadang-kadang tampak menyeramkan. Cahaya lampu kota yang menyorot ke langit membuat awan yang bergulung-gulung tampak mengerikan.
Intinya, aku memerlukan effort yang jauh lebih banyak untuk menunaikan ibadah puasa di USA. Mungkin dikarenakan aku masih baru di sini, jadi belum terbiasa dengan kondisi di USA. Mungkin bagi yang sudah merasakan Ramadhan di USA lusinan kali sudah dianggap hal biasa.
Akhir Ramadhan
Alhamdulillah, akhirnya aku tetap bisa khatam Al Qur'an dan shalat Tarawih penuh satu bulan. Puasanya juga gak pake bolong. Namun 2 hari sebelum Idul Fitri fisikku drop. Aku meriang, badan panas, dan kerongkonganku sakit. Mungkin karena angin malam yang dingin itu. Tapi hal itu tidak membuatku berhenti ke Islamic Center untuk Shalat Tarawih. Alhamdulillah, Allah masih memberiku pertolongan.
Aku sebenernya sempat melihat seorang Muslim yang masih makan minum di siang hari di Bulan Ramadhan di Dining Hall. Kalau aku denger ceritanya sih, dia merasakan apa yang aku rasakan. Cuma mungkin dia gak tahan, jadi gak puasa. Wallahu'alam.
Idul Fitri
Akhirnya malam Idul Fitri tiba. Aku dikabari orang tuaku kalau mereka sudah membayarkan zakatku.
Aku hanya bertakbir dengan suara yang lirih, dan itupun kalau roommate-ku sedang tak ada di kamar. Entah, rasanya seperti ingin menangis. Rasa "ingin menangis" juga sempat aku alami saat pertama kali aku mendengar adzan di Laramie Islamic Center.
Keesokan harinya, 1 Syawal 1430 H yang bertepatan dengan 20 September 2009, aku kenakan Baju Kokoku dan kukayuh sepedaku ke Larami Islamic Center untuk shalat Ied.
Setiba disana, sudah banyak orang yang takbiran. Jujur saja, irama takbiran di Indonesia jauh lebih merdu, hehehe...
Selepas shalat Ied, aku dan Muslim lainnya bergerak menuju basement untuk makan-makan. Makanannya dari berbagai negara. Malaysia, Mesir, Arab Saudi, Libya, Bangladesh, dan lain lain. Setelah acara makan seleseai dilanjutkan dengan kuis Brothers Vs Sisters. Pokoknya asiklah. Setelah puas berkuis-kuis ria, acara dilanjutkan dengan makan siang dan Shalat Dhuhur.
Acara selesai, aku kembali ke asrama .
Suasana selepas Shalat Ied
Makan-makan... :D
Salju Turun!
Hari Senin pagi, 2 Syawal 1430 H, roommate-ku masih tidur, mungkin sekitar jam 5:30 am MST, aku melihat dari jendela benda putih halus seperti kapas jatuh dari langit. Aku pikir itu adalah abu vulkanik.
"Eh? Mana ada volcano di Laramie. Itu... itu... Itu SALJU...!!! Masya Allah, aku lihat salju!"
Kemudian aku merenung,
"Subhanallah, memang benar, suatu hal yang wajar bila turun salju pada musim gugur. Alhamdulillah, Allah menurunkan salju setelah Ramadhan usai. Aku tak bisa bayangkan jika salju turun di bulan Ramadhan. Bila hal itu terjadi, bagaimana aku menunaikan Shalat Tarawih? Subhanallah, pertolongan Allah sangat dekat dan ada dimana-mana..."
Jujur, aku hampir menangis saat menuliskan kalimat itu.
O ya, satu lagi. Setelah beberapa bulan berjalan, aku baru tahu bahwa membawa makanan dari Dining Hall adalah TERLARANG!. Residence Life and Dining Hall bisa mengambil kartuku, atau bisa dibilang unlimited mealplan-ku bisa terancam. Sekalipun dengan alasan "makanan saya tak habis, jadi daripada mubadzir, saya bawa pulang". TIDAK BISA. Mereka lebih memilih membuang makananmu daripada kamu membawa makanan ke luar Dining Hall. Mungkin mereka takut banyak orang bakal "menjarah" makanan dari Dining Hall. Dan aku hebohnya, aku melakukan hal itu selama sebulan dan tak ada yang tahu. Sudah berapa saja makanan yang aku ambil dari Dining Hall. Lagi, Allah masih melindungi hamba-Nya ini.
Lanjut masalah salju. Akupun berangkat kuliah di pagi itu sambil senyam-senyum gak jelas. Karena aku melihat SALJU. SALJU, wooohoooo.... Tak terbayangkan rasanya saat tangan ini memegang butiran salju, dan senang rasanya ketika salju yang selembut dan seputih kapas jatuh di rambutku. Kayak yang di tivi-tivi lah... :D
Begitu saja... :)
-----
Daftar Istilah:
MST: Mountain Standar Time
Stipend: Uang Saku/Gaji/Beasiswa
Stipend: Uang Saku/Gaji/Beasiswa
Hindrance: Halangan
Curious: Ingin Tahu
Dining Hall: Aula/Gedung Tempat Makan
Roommate: Teman Sekamar
Effort: Usaha
Fall/Autumn: Musim Gugur
Winter: Musim Salju/Dingin
Spring: Musim Semi
Summer: Musim Panas
2 Response to Ramadan in USA
Interesting!...aku jadi berkaca-kaca baca ceritamu Yugo. PAsti kenangan ini kamu akan ingat selamanya. Thanks sudah share, setidaknya ada pelajaran buat aku gimana nantinya ramadhan disini.
oiya sedikit bertanya, kalimat Masya Allah disini
"Tapi aku tidak, aku seperti menginginkan Idul Fitri segera tiba. Masya Allah, semoga Allah mengampuni hamba-Nya yang lemah ini. Aku berusaha menguatkan diriku sendiri"
bukan harusnya Astagfirullah??? (cmiiw)
@ Mba Ita:
Maybe that's the correct one. Hihhii....
Post a Comment
I'll be glad if you leave a comment below. But, please don't spam my blog. Any comments containing spams, porn matters, harassment, and insulting words will be deleted from Luka Angin.