Anis Matta menyampaikan untuk melupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.
Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.
Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.
Bagaimana jika belum mampu menikah?
"Wahai kaum pemuda, siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka menikahlah,sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah, berpuasalah, karena sesungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya"
[Al-Hadist]
Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang,cukup cintai ia dalam diam. Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya. Kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan terlarang. Kau tidak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya. Karena diammu memuliakan kesucian diri dari hatimu. Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang dapat merusak izzah dan iffahmu..
Karena diammu bukti kesetiaanmu padanya, karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yg telah Allah SWT pilihkan untukmu. Karena dalam diammu tersimpan kekuatan. Kekuatan harapan. Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata. Bukankah Allah tidak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNya. Dan jika memang “Cinta dalam Diammu” itu tidak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam..
Jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus “Cinta dalam Diammu” itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat. Biarkan “Cinta dalam Diammu” itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi Rahasia antara kau dengan Sang Pemilik Hatimu.
"... Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka..."
[Al-Baqarah:235]
Jika benar cinta itu karena Allah maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah karena hakikatnya ia berhulu dari Allah maka ia pun berhilir hanya kepada Allah. Tapi jika memang kelemahan masih nyata di pelupuk mata maka bersabarlah, berdoalah, berpuasalah.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”[Ar-Ruum:21]
Cukup cintai ia dalam diam, bukan karena membenci hadirnya. Tapi menjaga kesuciannya bukan karena menghindari dunia, meraih surga-Nya bukan karena lemah untuk menghadapinya, tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup.
Cukup cintai ia dari kejauhan, karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaan. Karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan. Karena hadirmu mungkin saja akan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga.
Cukup cintai ia dengan kesederhanaan. Memupuknya hanya akan menambah penderitaan, menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan, mengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan.
Maka cintailah ia dengan keikhlasan, karena tentu kisah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib diingini oleh hati, tapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi? Hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan. Serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya, biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya.
"Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga."[Umar bin Khattab ra.]
-----
NB: Teruntuk dirinya, maukah engkau simpan surga di telapak kakimu untuk anak-anakku kelak?
reference:
No Response to "Saat Cinta Menyapa"
Post a Comment
I'll be glad if you leave a comment below. But, please don't spam my blog. Any comments containing spams, porn matters, harassment, and insulting words will be deleted from Luka Angin.