Friday, September 7, 2012

Waktu dan Kenangan

Categories:

Akhir pekan aku berencana untuk pergi ke Bandung. Bukan untuk apa-apa, hanya untuk mengirimkan sepeda motor yang ada di rumah kontrakan ke kampung halaman. Sekaligus menghilangkan kepenatan dari hiruk-pikuk Jakarta dan rutinitas kerja sehari-hari. Kupesan tiket round-trip kereta api Argo Parahyangan tujuan Gambir-Bandung dan sebalikanya seminggu sebelum jadwal keberangkatanku.

Aku seorang fresh-graduate, dan baru bekerja di tempat ini selama sebulan. Sebagaian barang-barangku masih ada di Bandung. Yah, sepertinya suratan takdir membawaku ke ibu kota, kota terbesar di Indonesia dengan segala keberagaman dan keunikannya. Macet, polusi, dan panas menyengat hal yang umum disini. Lambat laun aku menjadi terbiasa dengan kondisi itu, menjadi bagian dari hidupku.

Malam akhir pekan pun tiba. Hari jumat pukul 19:00 WIB aku mohon diri kepada Project Manager, dan rekan-rekan lain yang masih di kantor. Setelah berpamitan, kuayunkan langkahku menuju Stasiun Gambir. Kebetulan kantor client-ku tidak jauh dari stasiun, sehingga cukup berjalan kaki untuk menjangkau Stasiun Gambir.

Sebenarnya head office-ku ada di kawasan Mega Kuningan, sebuah kawasan elit di Jakarta. Sebagai seorang konsultan IT, jarang sekali aku masuk ke head office. Aku lebih sering ke kantor client dimana aku meng-handle project. Dan kebetulan kantor client-ku berada di Gambir, tak jauh dari Stasiun Gambir. Tegaknya Monumen Nasional pun bisa aku lihat setiap pagi dan malam saat pulang dari kantor.

Setelah makan malam di sebuah restoran di Statsiun Gambir, aku langsung menuju peron dan masuk ke dalam kereta. dan pukul 20:25 WIB kereta bergerak menuju Bandung. Aku duduk ditemani seorang wanita yang membawa ayam goreng dalam sebuah kotak makan siangnya untuk disantap sebagai makan malam. Tak ada yang istimewa selama perjalan. Pukul 23:30 WIB aku tiba di Stasiun Bandung.

Aku keluar dan langsun mencari Taksi. Dengan Rp 25.000,00 aku tiba di rumah kontrakanku pada dini hari.

Aku keluarkan kunci rumah kontrakanku, dan segera aku masuk ke dalamnya.

"Assalamu'alykum" kuucapkan salam pada segenap isi rumah. Tak terdengar ada jawaban. Ya, karena memang tak ada orang. Hanya aku sang penghuni rumah kontrakan ini.

Sejurus kemudian, aku sudah di lantai dua dimana kamarku berada. Aku melihat meja lingkar beserta kursinya yang tertata rapi, diatasnya terdapat seperangkat alat tulis, tissue, dan sebuah cooler pad yang biasa aku gunakan untuk mengurangi panas laptop. Langsung saja terbayang di benakku kisah lalu saat aku sedang sibuk mengerjakan Tugas Akhir (skripsi/bachelor thesis) demi tercapainya gelar sarjana. Aku mulai membayangkan diriku yang dahulu duduk di kursi itu dengan pandangan serius menatap laptop yang layarnya dipenuhi baris-baris kode Matlab. Wajah yang frustasi karena galat pada program tak kunjung terselesaikan, sinar wajah yang meredup karena kurang tidur. Kupandangi papan tulis di dinding. Di situlah aku menulis rumus, menumpahkan segala ide desain untuk program yang aku buat. Aku membayangkan diriku dahulu yang sering termenung menatap papan tulis, terus berpikir untuk mendapatkan desain dan algoritma yang tepat.

Namun semua telah menjadi masa lalu, tertinggal menjadi sebuah kenangan. Aku pun duduk di kursi yang bisa berputar dimana dulu aku duduk untuk mengerjakan Tugas Akhir. Aku termenung, dan kemudian tersenyum. Sebuah kenangan yang takkan terlupakan. Ah, cepat sekali waktu berlalu. Serasa baru kemarin aku merasakan gundah gulana karena Tugas Akhir, dan sekarang aku adalah seorang konsultan IT, seorang insinyur yang muda dan minim pengalaman.

Malam semakin larut, beberapa jam lagi sang fajar akan menyapa langit Bandung. Ku putuskan untuk merebahkan badanku, mengistirahatkan tubuh yang mulai lelah diserang kantuk.

Keesokan harinya, sabtu pagi, aku menuju mall terbesar di Bandung, Trans Studio Mall, untuk berbelanja snack dan pakaian. Bukannya aku seorang shopping boy, tapi memang saat itu saya membutuhkan pakaian gara-gara tempat laundry aku berlangganan dibanjiri customer, akibatnya pakaianku baru selesai beberapa hari lagi. Aku tak mau kehabisan stok pakaian di lemari.

Trans Studio Mall, Bandung

Entah karena perasaanku saja yang terbiasa dengan hiruk-pikuk Jakarta atau memang sedikit orang yang keluar, aku merasakan jalanan kota Bandung agak sepi. Apalagi ketika berada dalam mall. Hanya segelintir orang. Sesekali terdengar teriakan pengunjung yang menikmati wahana roller-coaster ketika aku masih di sekitar lobby mall.

Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku kembali ke rumah kontrakan untuk meletakkan barang-barang yang aku beli dan berangkat lagi menuju tempat pencucian motor. Setelah sepeda motorku tampak bersih, aku menuju ke biro kargo untuk mengirimkan sepeda motorku. Dan aku kembali ke kontrakan dengan menggunakan transportasi umum.

Minggu sore aku menuju ke Stasiun Bandung untuk kembali ke Jakarta. Sesaat sebelum berangkat, aku pandangi ruangan kerjaku, tempat aku mengerjakan Tugas Akhir. Sekali lagi kenangan itu membayang. Aku tersenyum. Dan aku pun meninggalkan rumah kontrakanku menuju Jakarta. Meninggalkan sepenggal kisah lama dan menuju petualangan yang baru saja adimulai.

Spread The Love, Share Our Article

Related Posts

3 Response to Waktu dan Kenangan

Anonymous
October 16, 2012 at 5:32 AM

Yugo chavezzzz ... tukeran link yuaah. punyakmu udah tak link *komen dimari, g ada buku tamu seh :D

October 18, 2012 at 10:32 AM

Udah...

January 21, 2014 at 9:44 AM

Pengalaman yang sangat menarik, mudah-mudahan menjadi tips yang berharga bagi para perantau yang lain.

Post a Comment

I'll be glad if you leave a comment below. But, please don't spam my blog. Any comments containing spams, porn matters, harassment, and insulting words will be deleted from Luka Angin.